1 .pendahuluan
Secara teritorial Australia adalah
sebuah negara yang sangat besar, hal yang kemudian menciptakan logika linear
akan kebutuhannya atas sarana sharing informasi, dalam konteks ini media
massa. Akan tetapi hal ini tentunya berimbang sehingga pertanyaan tentang siapa
mengontrol siapa dalam media dapat dipahami bahwa hal ini adalah bentuk saling
interaksi dalam upaya pembangunan bukan dalam bentuk hegemoni global yang
selalu berujung pada penindasan global.
Media massa
memiliki kekuatan yang besar ketika hal itu berada pada jalurnya bukan pada
intervensi dan tekanan, sepatutnya media mampu menempatkan dirinya sebagai news
instrument pembangun yang baik tanpa dominasi.
Media massa dewasa
ini menjadi sebuah barang hebat dalam dunia Globalisasi, persaingan informasi
dan teknologi membawa media massa menduduki poin penting dalam hal ini, media
massa seakan menjadi bisnis ataupun sebuah hal baru dengan sejuta potensi yang
ada di dalamnya sehingga tak mengherankan ketika muncul nama-nama orang
yang berada dibelakang wacana media.
Media Australia
menganut prinsip-prinsip kebebasan liberal yang seringkali sarat makna. Sebab,
Pemerintah Australia tidak memiliki kekuatan konstitusional untuk mengatur
kegiatan media massa, yang dimiliki oleh swasta. Pemerintah Australia juga
tidak mengenal pemberian izin penerbitan media massa sehingga pemerintah tidak
berhak untuk menutup surat kabar.
Murdoch menjadi
pemilik 16 televisi lokal dan 31 koran termasuk Koran terbesar di
Australia dan telah mengakuisisi berbagai media massa seperti Koran dan televisi
local, di Indonesia Murdoch berhak atas ANTV yang telah dibawah kendalinya dan
juga telah membeli Lativi yang sekarang telah menjadi TvOne
bersama Abu Rizal Bakrie, selain itu Murdoch juga telah mengakuisisi
MySpace.com pada tahun 2005 sehingga tak heran jika ia menjadi “the most
powerfull person in the world today” dengan kerajaan media yang dimilikinya
di seluruh dunia termasuk Australia sehingga dikatakan bahwa ketakutan akan
keberpihakan media massa di Australia menjadi hal yang patut dipertanyakan.
Peran dan fungsi
media massa di Australia sebagai mana yang telah kita bahas dari awal bahwa
media massa memiliki poin penting sebagai alat kontrol social dalam masyarakat
luas termasuk
dalam masalah politik. Dewasa ini masalah politik menjadi sebuah hal yang
sangat sensitif dan mampu menjadi liar ketika politik tak lagi memandang etika
dan kemanusiaan sehingga menghalalkan segala cara termasuk melalui media massa
yang menjadi wadah penghubung dengan jutaan orang di seluruh dunia.
Berbicara tentang
regulasi media massa dan terkait masalah politik, tentu tidak lepas akan peran
pers di dalamnya. Lalu seperti apa sistem pers yang berlaku di Australia?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka kami menyajikan beberapa bab dan poin
mengenai permasalahan besar dalam makalah ini.
2 .latar belakang
Kelahiran Suratkabar di
Australia, Sydney Gazette
Sydney Gazette, pertama kali
diterbitkan oleh mantan narapidana George Howe pada tahun 1803. Awal koran
Australia merupakan catatan penting lokal, negara bagian dan peristiwa
nasional. Halaman-halaman mereka merupakan sumber yang kaya informasi tentang
sejarah masyarakat. Banyak koran utama yang beredar saat ini bisa melacak
asal-usul mereka untuk publikasi dari masa kolonial. Namun, penampilan, isi,
dan pengendalian suratkabar pada akhir abad ke-19 mencerminkan hal yang
berbeda.
Pada bulan November 1800, Royal
Laksamana berlabuh di koloni membawa narapidana yang diangkut. George Howe
datang dengan pengalaman pencetakan dari Hindia Barat dan London. Keahlian yang
berharga ini digunakan di pers pemerintah dan koloni pertama buku diterbitkan
secara lokal, sebuah kompilasi dari perintah pemerintah yang diproduksi pada
tahun 1802.
George Howe juga diperbolehkan untuk
mencetak suratkabar pertama di Australia dari sebuah gudang sederhana yang
terletak di bagian belakang Gedung Pemerintah. Mulai 5 Maret 1803 di Sydney
Gazette dan New South Wales. Iklan dipublikasikan sebagai edisi mingguan dengan
empat halaman portofolio dan sejumlah pemberitahuan swasta. Dalam edisi awal
kertas, sebuah penjajah bisa menemukan pengiriman berita, hasil lelang,
kejahatan laporan, dan pemberitahuan pertanian serta puisi, sastra, dan nasihat
agama. Untuk mengumpulkan berita lokal, editor menggantung 'slip kotak' di
depan toko di mana suratkabar dipublikasikan.
3 .Pembahasan
a .sistem pers di Australia
Pers Komunis-Soviet di Australia
Pers sayap kiri (komunis) mengalami
kejayaan sejak berakhirnya Perang Dunia I. Pada masa itu, para tentara yang
kembali dari perang merasa muak dengan sistem kelas sosial yang lama. Dalam
sistem tersebut, pemilik lahan pertanian dan peternakan berada di atas kaum
pekerja, yang menderita selama Depresi Besar pada tahun 1930-an.
Selama Depresi Besar, banyak orang
Australia kehilangan kepercayaan pada kemampuan wakil-wakil pemerintah mereka.
Sejumlah organisasi ekstremis atau radikal memperoleh kekuatan dan popularitas
sebagai akibat dari skala besar ketidakpuasan publik. Dari segi politik, kaum
komunis, sosialis, organisasi pekerja dan pengangguran secara aktif menentang
penggusuran paksa rumah-rumah, sedangkan kelompok-kelompok nasionalis dan fasis
menikmati peningkatan keanggotaan menikmati hak politik.
Sistem pers komunis-Soviet di Australia
berkembang pesat seiring meroketnya popularitas Partai Komunis Australia. Di
ruang lingkup internasional, komunisme sendiri saat itu tengah berjaya di Uni
Soviet dan China. Sistem pers komunis berkembang di Uni Soviet, negara di mana
Partai Komunis Australia berkiblat.
Dukungan atas sistem pers komunis di
Australia memudar pada pertengahan tahun 1950-an. Peristiwa-peristiwa terkait
komunisme di berbagai belahan dunia, seperti Revolusi Hungaria (1956) dan The
Great Leap Forward (1958), mempengaruhi pudarnya dukungan pada sistem pers
komunis.
b
.Perkembangan Pers Otoriter dan Liberal di Australia
Dukungan atas pers komunis-Soviet pun
beralih pada suratkabar yang kemudian menjadi suara penguasa, seperti The
Sydney Morning Herald dan The Age di Melbourne. Keduanya dimiliki
oleh keluarga Sir Warwick Fairfax, salah satu klan penguasa bisnis media di Australia.
Pada periode ini, sistem pers di Australia beralih haluan menjadi otoritarian.
Kemudian, terjadi persaingan antarkoran sore dalam memperebutkan pasar kelas
pekerja dan komuter, misalnya Daily Mirror (Sydney), Melbourne
Herald, Telegraph Brisbane, dan Adelaide News.
Suratkabar-suratkabar tersebut kini sudah tidak lagi terbit. Pada periode ini,
di bawah bendera surat kabar yang disebut terakhir, Rupert Murdoch mulai
membangun kerajaan bisnis medianya.
Sistem pers otoriter mewujud di
Australia dalam berbagai aspek. Dibandingkan negara-negara liberal-demokratik
lainnya, seperti Amerika Serikat dan Inggris, pers di Australia cenderung lebih
terkekang. Ketiadaan perlindungan hukum terkait kebebasan berpendapat mereka,
berdampak adanya rintangan bagi masyarakat terkait hukum dan komersial.
Namun demikian, saat ini sistem pers di
Australia tak bisa dikatakan murni otoriter, melainkan cenderung ke arah yang
lebih liberal dan berpihak pada pasar. Suratkabar yang sebelumnya konservatif
dan menganut format broadsheet, seperti Brisbane Courier-Mail dan
Adelaide Advertiser, berganti gaya menjadi format tabloid yang lebih
kecil dengan konten yang berubah. Misalnya, meningkatnya pemberitaan bersifat
hiburan seperti gosip selebriti.
4 .permasalahan
a . Kebebasan Pers di Australia
Sekretaris Eksekutif Dewan Pers
Australia Jack R Herman
menggambarkan masyarakat Australia sebagai “bebas dan terbuka, toleran terhadap
pendapat yang berlawanan, dengan tradisi berupa pers bebas dan kebebasan
berbicara”. Ia berpendapat bahwa gagasan tentang kebebasan berbicara itu begitu
jelas, hingga para pendiri negara melihat tidak perlu mengawetkan perlindungan
tersebut dalam Konstitusi. Namun, saat ini ada pertanyaan penting akan apakah
media benar-benar bebas untuk melaporkan masalah dan keprihatinan yang terkait
kepentingan umum, dan apakah informasi yang mereka butuhkan tersedia untuk itu.
Chris
Nash
dari Australian Centre for Independent
Journalism menyatakan, Australia adalah salah satu dari beberapa
negara-negara yang tidak memiliki instrumen hukum (baik Undang-Undang Dasar
atau Bill of Rights) yang menegaskan jangkauan dan cakupan dari
kebebasan warganya, termasuk kebebasan berbicara. Sistem hukum umum di negara
lainnya, termasuk Inggris, Kanada dan Selandia Baru, memiliki Undang-Undang
yang termasuk dalam kerangka hukum mereka dalam bentuk tertentu. Sejumlah
ketentuan ini terbatas pada kebebasan berbicara, berekspresi atau
berkomunikasi; seperti Amandemen Pertama Amerika Serikat yang khusus untuk
kebebasan pers.
Kerangka konstitusional Australia bagi
kebebasan pers lebih lemah daripada di negara liberal-demokratik lainnya.
Tekanan komersial yang kuat dan legislatif dan dampak keuangan dari pemerintah
nasional baru-baru ini di alternatif media publik telah berdampak merugikan.
Medan di mana kontes untuk kebebasan berekspresi dan kebebasan pers terjadi
lebih berbahaya bagi publik.
Dampaknya, menurut Heather Marano, adalah memburuknya perkembangan kebebasan pers di
Australia. Praktik-praktik seperti merekam pembicaraan telepon, intimidasi, dan
pemaksaan terhadap wartawan untuk menahan informasi dari masyarakat dan
sumber-sumber menyerah kepada pihak berwenang, nyatanya terjadi di negara “yang
berkembang dan seharusnya demokratik”.
Pada tahun 2007, Reporters Without Borders (organisasi
internasional non-pemerintah yang mempromosikan kebebasan pers) menempatkan
Australia pada peringkat 28 dari 169 negara untuk kebebasan pers. Ini adalah
penurunan yang signifikan dari di peringkat 12 pada tahun 2002, dan menempatkan
Australia di belakang negara-negara berkembang seperti Namibia, Latvia dan
Republik Ceko. Amerika Serikat juga memperoleh peringkat buruk yang memalukan.
Meskipun didasarkan pada cita-cita demokrasi dan kebebasan berekspresi, negeri
Paman Sam itu telah berputar-putar di sekitar peringkat ke-limapuluh selama
beberapa tahun terakhir.
Media yang bebas dan independen sangat
penting bagi kebebasan berekspresi dan pendapat, seperti tercantum dalam
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Pasal 19). Ini adalah inti dari proses
demokrasi. Namun, banyak negara yang biasanya digambarkan sebagai demokratis,
seperti Australia dan Amerika Serikat, gagal untuk secara efektif mempromosikan
kebebasan pers. Mengapa?
Alasan dapat dirangkum dalam satu kata:
Terorisme. Setelah serangan 11 September, beberapa negara termasuk Amerika
Serikat, Britania dan Australia spesifik memperkenalkan Undang-Undang
Anti-Terorisme yang meningkatkan pengawasan warga dan pemantauan arus
informasi. Inilah langkah-langkah antiteror yang telah dikaitkan dengan penurunan
dalam kebebasan pers di seluruh dunia Barat.
Pemerintahan Kevin Rudd telah
mengindikasikan bahwa kebebasan pers merupakan prioritas kunci, namun mereka
tidak berbuat banyak untuk memperbaiki kerusakan yang telah disebabkan hukum
Australia. Sebaliknya, mereka berencana untuk lebih memperluas Undang-Undang
Anti-Terorisme untuk memungkinkan perusahaan untuk mengakses email karyawan.
Partai Demokrat telah mendesak Rudd untuk melakukan mengevaluasi hukum yang
berlaku sebelum mengembangkannya.
b .Dewan Pers di Australia
Australian Press Council Incorporated
adalah badan pengawas media cetak yang melakukan pengaturan secara mandiri (self-regulatory). Dalam laman
situs resminya, Dewan mengklaim bahwa pengaturan secara mandiri yang mereka
terapkan memiliki sejumlah keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut adalah
dapat diakses oleh semua kalangan (accessible
to all), menjadi sebuah industri yang berkomitmen pada standar dan
untuk dewan pers yang independen (an
industry committed to standards and to an independent press council),
melindungi yang lemah (protecting the vulnerable), dan pada akhirnya
menjaga keberlangsungan pers yang bebas dan bertanggung jawab (maintaining a
free and responsible press).
Dewan Pers Australia didirikan pada
Juli 1976, setelah diskusi antara penerbit dan Persatuan Wartawan Australia
(AJA). Dewan didirikan dengan dua tujuan utama: untuk membantu melestarikan
kebebasan tradisional pers di Australia dan memastikan bahwa pers yang bebas
bertindak dengan tanggung jawab dan etika.
Dewan pers menyediakan fasilitas
gratis, mandiri, dan efisien mengenai masalah pers. Dasarnya adalah sembilan
prinsip yang terkandung dalam Statement of Principles. Isinya mengenai
akurasi; ketentuan tanggapan terhadap ketidaktelitian yang membahayakan;
keadilan dengan menghormati privasi dan kepekaan individu; menghindari berita
yang diperoleh dengan cara tidak adil dan tidak benar; membedakan fakta dan
opini serta tidak menyimpang dari materi; pemberitaan yang tidak baik;
menghindari pemberitaan yang berkaitan dengan masalah ras, suku, dan agama;
merespon terhadap kritik; dan menjamin akan adanya publikasi terhadap semua
keputusan hakim.
Tugas dari dewan pers ini adalah untuk
menjaga karakter pers Australia tetap pada jalurnya. Dewan pers memiliki mandat
dalam mempertimbangkan, menyelidiki, dan menangani keluhan mengenai pelaksanaan
pers serta perilaku orang-orang dan organisasi terhadap pers. Dewan pers ini
berpegang pada pernyataan kebebasan pers untuk menerbitkan adalah kebebasan
orang akan informasi, dan bahwa kebebasan pers juga termasuk hak untuk
menerbitkan apa yang layak menjadi berita tanpa rasa takut atau menguntungkan,
dan hak untuk mengomentari atas berita tersebut. dewan pers percaya bahwa
kebebasan pers harus dipenuhi agar fungsi pers sebagai watchdog bisa
dijalani dengan baik dan benar. Dewan pers ini didanai oleh konstitusi,
majalah, MEAA, dan AAP dari sekian persen budget mereka.
Sesuai dengan Konstitusi yang baru-baru
ini direvisi, tujuan dari Dewan Pers Australia adalah untuk mempromosikan
kebebasan berbicara melalui media cetak yang bertanggung jawab dan mandiri, dan
kepatuhan yang tinggi terhadap standar jurnalistik dan editorial, dengan:
a. Mempertimbangkan
dan menangani keluhan dan keprihatinan tentang isi di surat kabar, majalah dan
jurnal, diterbitkan baik dalam bentuk cetak atau di Internet;
b. Mendorong
dan mendukung inisiatif oleh media cetak untuk mengatasi penyebab pembaca
'keluhan dan kekhawatiran;
c. Meninjau,
dan jika perlu, menantang perkembangan politik, legislatif, komersial atau
lain-lain yang dapat merugikan penyebaran informasi bagi kepentingan publik,
dan mungkin akibatnya mengancam hak masyarakat untuk mengetahui;
d. Membuat
pernyataan untuk pemerintah, pertanyaan publik dan forum-forum lain mengenai
masalah-masalah yang tepat tentang kebebasan berbicara dan akses terhadap
informasi;
e. Melakukan
penelitian dan konsultasi mengenai perkembangan kebijakan publik yang
mempengaruhi kebebasan berbicara, dan meningkatkan kesadaran publik tentang
isu-isu tersebut;
f. Mempromosikan
pemahaman Tujuan, Prinsip-prinsip dan cara kerja Dewan terutama di kalangan
editor, jurnalis dan sekolah jurnalisme, melalui forum dan konsultasi; dan
mendorong umpan balik untuk pertimbangan Dewan.
Untuk melaksanakan peran tanggung jawab
pers, Dewan berfungsi sebagai forum untuk siapa pun yang memiliki keluhan
mengenai pers. Dalam upaya untuk mempertahankan kebebasan pers, Dewan memantau
singkat tentang perkembangan yang mungkin memengaruhi kebebasan tersebut. Dewan
ini didanai oleh koran dan industri majalah, dan kekuasaannya bertumpu pada
kemauan penerbit dan editor untuk menghormati pandangan Dewan, secara sukarela
untuk mematuhi standar etika dan untuk mengakui kesalahan secara terbuka.
Sejarah Dewan tidak selalu mulus. John
Fairfax Ltd, yang semula tidak berada dalam pihak yang sama dengan Dewan,
akhirnya bergabung pada tahun 1982. News Ltd keluar dari Dewan pada
bulan Juni 1980, dan bergabung kembali pada tahun 1987. (Publikasinya terus
bekerja sama dengan Dewan di masa itu.) Demikian juga, Australian Suburban
Newspapers Association Pty Ltd sempat bergabung dan meninggalkan Dewan pada
beberapa kesempatan, yang terakhir pada tahun 1996 dan bergabung kembali pada
tahun 1998. AJA (sekarang bagian dari Media, Entertainment and Arts Alliance)
menarik diri dari Dewan pada tahun 1987. Pada tahun yang sama, Dewan sudah
direstrukturisasi menjadi format yang sekarang. MEAA kembali berafiliasi dengan
Dewan pada tanggal 1 Juli 2005.
Pada tahun 1992, Dewan Pers Australia
menjadi anggota yayasan Asosiasi Dewan Pers Dunia dan bertindak sebagai
Convenor / Dewan Penyimpanan. Pada bulan Mei 2000, Dewan Keluar dari Asosiasi
Sejak November 2009, Dewan terdiri dari
15 anggota, yang mewakili penerbit, para wartawan, serikat buruh, wartawan
independen, dan anggota masyarakat, dan dipimpin oleh Ketua independen. Dewan
mengadakan pertemuan setiap bulan, biasanya di Sydney, di kantor kecil yang
dipimpin oleh Sekretaris Eksekutif. Pada Agustus 2007, Dewan ini memperoleh
badan hukum berdasarkan New South Wales Associations Incorporation Act.
Dewan akan dapat mengubah Konstitusi,
dalam kerjasama dengan badan-badan konstituen. Dewan memiliki kekuasaan untuk
menentukan luas dan memvariasikan struktur dan prosedur internal.
5
.kesimpulan dan saran
a
.kesimpulan
Tidak ada
sistem perizinan atau persetujuan pemerintah untuk memulai sebuah suratkabar atau
perusahaan pers lainnya. Semua negara bagian dan wilayah lain dari South
Australia dan Victoria (yang terakhir repealing perundang-undangan yang relevan
pada tahun 1998) suratkabar percetakan perlu menyertakan nama dan alamat mereka
serta nama dan alamat penerbit di koran, beberapa negara juga membutuhkan
pendaftaran. Tidak ada larangan impor dan ekspor publikasi selain dari
yang berkaitan dengan cabul, kekerasan, promosi atau penghasutan terorisme, dan
penggunaan obat-obatan tertentu.
b .saran
Dengan
melakukan mediasi dengan pihak-pihak yang terkait. Pihak-pihak yang
berkepentingan akan dipertemukan dan akan dimediasi oleh dewan pers. Jarang
yang melanjutkan masalah-masalah yang ada ke jenjang pengadilan. Masalah yang
ditujukan juga tidak boleh yang menyangkut personal wartawan. Haruslah
perusahaan atau media di mana wartawan yang bersangkutan bernaung. Dewan
memainkan peran penting dalam mempromosikan kebebasan pers, dan kebebasan
berpendapat pada umunya, dengan diskusi dalam kebijakan publik.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus